"Saya percaya pada satu hal. Sederhana tapi luar biasa. Ada dalam setiap diri manusia, bila ia meyakini. Sebuah impian! Setiap kamu punya mimpi, keinginan atau cita-cita, kamu taruh disini, didepan kening kamu yang menempel, biakan ia menggantung, mengambang 5cm. didepan kening kamu. Jadi ia tidak akan pernah lepas dari mata kamu. Kamu bawa impian kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari dan percaya bahwa kamu bisa! ".
Kamis, 22 Desember 2011
Mengenal Aperture
Aperture mendefinisikan besarnya bukaan diafragma sebuah lensa . Gunanya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera lewat bukaan pada lensa . Perhatikan ilustrasi lensa berikut :
Dari bukaan paling besar ( f/1.4 ) sampai bukaan paling kecil ( f/16 ) atas mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam lensa . Perhatikan bukaan lensa di tengah-tengah ! makin besar nilai f-nya , makin kecil diameter / diafragmanya dan sebaliknya . Notasi pembagi “/” pada nilai f , mgkn untuk mempermudah pemahaman user bahwa semakin besar nilai pembagi (1.4 , 2.8 , … dst ) semakin kecil hasilnya / bukaan lensa . Meski pada Nikon , notasi yang umum digunakan adalah menggunakan F besar dan tanpa pembagi “/” misalnya F1.4 , F2.8 , … dst . Ga usah bingung , cukup ingat-ingat saja angka-angkanya dan ingat ketentuan diatas (tebal) . Di fotografi , memang banyak notasi / istilah yang berbeda antar satu vendor dengan vendor lain . Biasalah .. mgkn urusan marketing .
Bagaimana mendapatkan angka-angka seperti itu ? masih ingat rumus matematika untuk menghitung luas sebuah lingkaran ? untuk membagi luas menjadi setengah dari sebelumnya maka harus dibagi dengan akar pangkat 2 ( 1.41421356 ) .
misal ( dibulatkan ) :
Bukaan maksimal = 1
Bukaan 1/2 maksimal = 1 * 1/1.4 = 1/1.4
Bukaan 1/4 maksimal = 1/1.4 * 1/1.4 = 1/2.8
Bukaan 1/8 maksimal = 1/2.8 * 1/1.4 = 1/4.0
Bukaan 1/16 maksimal = 1/4.0 * 1/1.4 = 1/5.6
dst ..
Lalu kita bisa menghitung nilai aperture selanjutnya : f/1.4 , f/2.8 , f/4.0 , f/5.6 , f/8 , f/11 , f/16 , f/22 , f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/2.8 akan membuat cahaya berkurang setengah dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi setengah .
Pengurangan banyaknya cahaya masuk menjadi setengahnya dikenal juga sebagai turun 1 stop . Misal perubahan dari f/5.6 ke f/8 adalah turun 1 stop dan f/5.6 ke f/11 adalah turun 2 stop . Pada arah sebaliknya justru akan menambah banyaknya cahaya yang masuk , dikenal juga sebagai menaikan stop . Istilah stop ini lebih sering digunakan dalam fotografi ketimbang bicara angka-angka diatas . “Eh .. ini imagenya aga underexpose , coba naikkan 2 stop !!” , ya kira-kira gitu deh
Biasanya pada kamera , pengurangan cahaya menjadi setengah sebelumnya masih dianggap terlalu besar , karena itu untuk kontrol yang lebih presisi ada konfigurasi untuk membagi-bagi nilai aperture menjadi lebih kecil ke 2 atau 3 bagian . Misal untuk setting 3 bagian dimulai dari f/2.8 , maka urutannya menjadi f/2.8 , f/3.2 , f/3.5 , f/5.6 , f/6.3 , f/7.1 , f/8 … dst . Sama halnya diatas , perubahan dari f/3.2 ke f/6.3 adalah turun 1 stop .
Kegunaan , kaitannya dengan exposure
Seperti yang saya bilang diatas , untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa ke sensor kamera . Cahaya adalah unsur penting dalam fotografi . Terlalu banyak cahaya yang lewat akan membuat foto menjadi terlalu terang (overexposure) dan sebaliknya jika terlalu sedikit akan membuat foto menjadi gelap (underexposure) . Konsep mengatur cahaya ini dikenal juga sebagai Exposure . Aperture hanya SALAH SATU dari tiga elemen penting lainya dalam pengaturan exposure yaitu Shutter Speed dan ISO/ASA . Shutter Speed , mengatur durasi waktu untuk merekam cahaya . Semakin lama durasinya semakin banyak cahaya yang direkam dan sebaliknya . ISO / ASA adalah tingkat sensitivitas pada sensor / film dalam merekam cahaya . Semakin tinggi nilai ISO , semakin banyak cahaya yang dapat terekam oleh sensor .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar