Jika aku mengingat kata kopi, satu hal yang akan muncul di pikiranku adalah sesuatu yang beraroma. Bila memeluk lidahku rasanya pahit, sedikit asam ketika mencapai tenggorokan, tapi begitu didiamkan, rasanya hangat, lalu ada sedikit sensasi yang diam-diam membuatku melayang-layang. Aroma itu tentang harum yang ketika hidungku menciumnya seperti ada atmosfer tersendiri. Nah, demikian adalah sedikit tentang kopi dalam pikiranku.
Kopi adalah sebuah passion, kopi juga sebuah cerita. Sejak beberapa waktu lalu, kopi menjadi topik tersendiri yang membentuk jalan cerita dan menjadi sumber inspirasi terbesarku untuk menulis. Mengecap rasanya yang pahit kadang-kadang mengingatkanku akan hidup. Hidup itu seperti kopi. Kadang-kadang kita mesti merasakan pahitnya dulu sebelum mencapai sensasi terdahsyatnya. Kopi memberiku banyak sekali pelajaran tentang hidup. Tentang bagaimana dalam menikmati sebuah kopi kita harus pelan-pelan dan nggak boleh terburu-buru agar rasanya masih membekas di lidah. Hidup pun seperti itu. Kita harus melewati proses demi proses untuk merasakan sari patinya.
Kopi juga membawa kisah yang jika aku menyebutnya, seperti sebuah persahabatan. Kopi, tempat ngopi, semua identik dengan cinta dan persahabatan. Mencintai kopi berarti mencintai satu paket rasa dalam kopi itu; pahit, manis, asam, panas. Seperti halnya sebuah persahabatan yang harus menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing dari kita. Tempat ngopi memberiku filosofi tentang waktu dan nikmatnya kebersamaan.
Jika menghabiskan waktu bersama kopi, jelas kita tidak mungkin hanya membutuhkan waktu 5 menit atau 10 menit. Kita membutuhkan waktu yang lama, bahkan berjam-jam. Karena selama kopi itu kita rasakan, akan ada cerita yang mengalir dari mulut kita masing-masing. Lantas kita belajar. Sebab dari cerita kita akan tahu, sebab dari kata hati yang diucapkan secangkir kopi, kita akan kaya. Kaya akan pelajaran, kaya akan pengertian, dan kaya akan makna dari sebuah persahabatan.
Lantas bagaimana bisa disebut sahabat jika masih ada kata-kata yang tersembunyi di balik hitam pekatnya kopi. Sedangkan untuk rasa di balik espresso, kita masih bisa mengecapnya.
Teman itu bukan kita yang harus selalu baik di depannya. Teman juga bukan orang yang selalu jadi dewa. Sebab kita tidak pernah tahu yang mana dewa yang mana iblis jika sebelumnya kita tidak mengenal mereka semua.
Teman adalah mereka yang berani mengatakan kamu salah, lantas kamu berpikir bagaimana dia menganggapmu salah. Teman tidak pernah iri, teman tidak menyimpan dendam. Sebab pertemanan yang dirajut waktu akan membentuk persaudaraan. Dan saudara tidak pernah berbohong. Sama seperti rasa kopi. Ia tidak akan menyembunyikan rasa aslinya. Ia akan tetap pahit dan asam sekalipun sudah dicampur menjadi vanilla latte, moccacino, atau caramelly latte sekalipun.
Sebab persahabatan adalah kopi. Dan kopi memberiku banyak sekali sekali cerita tentang rasa cinta dan persahabatan. Aku ingin persahabatan kita seperti kopi. Aku ingin cinta kita seperti kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar