Akhirnya gue posting lagi di blog ini setelah beberapa bulan ga nge-blog. Ga kerasa sekarang gue udah mau masuk semester 3 di kampus. Gue berharap nilai di semester kemarin masih stabil setelah banyak hal yang terjadi dalam hidup gue. Postingan tentang indahnya hidup gue yang selalu bersentuhan dengan kopi. Tentang warna hidup. Yang ada kalanya dapat gue rasain saat gue menghirup secangkir kopi. Begitupun dengan cinta yang gue rasa.
Well, udah 3 minggu ini gue merasa ada yang aneh. Seperti ada yang hilang dalam hati gue. Rasanya sesak untuk menghela nafas. Mungkin gue berlebihan. Tapi pernahkah kalian ditinggalkan oleh orang yang sangat kalian sayangi, dan dia sangat menyayangi kalian?. Sekarang gue sedang merasakan itu kawan!
Liburan semester lalu gue bertemu seseorang yang ga lama setelah itu menjadi sahabat, kakak, musuh, supporter, kekasih, dan teman minum kopi gue paling istimewa (liat posting sebelumnya). Kalo mau tau lagi, dialah yang desain blog gue ini jadi kaya gini. Dia ada saat gue jatuh, dia meyakinkan gue semua akan baik-baik aja saat gue sedih, dialah penyemangat gue ketika gue males, dia adalah orang yang paling marah ketika gue melakukan hal-hal khilaf. Tapi sekarang ketika liburan semester kembali datang, dia pergi. Dia memutuskan untuk tidak berada disisi gue lagi.
Gue sedih, sangat sedih. Gue merasakan kehilangan yang teramat sangat. Tapi gue sadar, mungkin inilah salah satu buah yang gue petik dari ketidakdewasaan gue. Gue sadar gue terlalu kekanak-kanakan untuk pria dewasa seperti dia. Dan mungkin inilah salah satu cara Tuhan untuk membuat gue jadi dewasa. Ya, i know you love me more God.
Terkadang gue berfikir, salahkah anak kecil seperti gue bermimpi bisa menjadi pendamping sejati dia?. Bisakah gue terus jadi teman minum kopi dia hingga akhir hayat?. Oh God…, gue sayang dia. Tapi terbersitkah gue sedikitpun di benak dia?
Gue sadar, gue diperbolehkan galau. Tapi tidak untuk menjadi labil. Pun dengan memposting tulisan ini, gue ga bermaksud mengajak kalian untuk ikut galau. Gue hanya pengen berbagi dengan kalian yang mungkin pernah merasakan hal yang sama seperti gue, atau mungkin kalian bisa belajar dari kisah gue.
U know what, setelah tiga minggu gue berusaha tegar. Gue yakin mampu, sanggup melanjutkan hidup tanpa dia. Ya, gue bisa. Tapi gue berantakan. Gue berusaha ngerjain tugas kampus di tengah hati gelisah. Berusaha meneruskan novel di tengah kegundahan. Gue bisa. Gue yakin bisa. Dan gue pasti bisa!!
Yang gue rasa adalah sepi. Tersadar ketika gue menyeruput kopi di hirupan pertama, saat itulah gue sadar dia ga ada lagi di samping gue. Ditambah ketika gue berjalan di keramaian, saat itulah rasanya gue terhenyak di semua tempat yang pernah gue kunjungi bersama dia. Ya, gue rindu. Rindu suaranya. Rindu marahnya. Rindu jayusnya. Rindu tawanya. Rindu tangisnya ketika gue bilang gue juga sayang dia. Dan gue rindu saat kita duduk berdua sambil menyeruput cappucino.
Oh Tuhan…., gue tau waktu ga bisa diputar. Kekanak-kanakan gue, kepasrahan dia, dan ketidakberdayaan gue yang membuat kita sekarang melangkah di jalan masing-masing. Mungkin kini juga dia sedang berusaha mencari kembali seseorang yang bisa bersamanya lebih dari sekedar cinta, untuk hidup bersama selamanya. Entahlah. Gue hanya bisa mendoakan yang terbaik buat dia. Semoga dengan siapapun nanti ia hidup bersama, ia akan bahagia. Karena gue percaya, dia adalah seseorang yang sangat baik.
Dan gue, harus tetap berusaha menjalani hidup sebaik mungkin. Memanfaatkan masa muda sebaik-baiknya dan berjuang meraih cita-cita. Gue harus ikhlas menerima semua yang telah Tuhan gariskan di dalam hidup gue, meski itu tanpa dia. Gue yakin, dia pun mendoakan gue yang terbaik. Tak sedikitpun di benak gue ada kebencian untuk dia.
Gue sayang dia. Masih sayang dia. Dan akan terus menyayangi dia. Sebagai teman, kakak, atau mungkin jika Tuhan berkehendak mempertemukan kita kembali dalam ikatan suci, sebagai bidadarinya suatu saat kelak. Dan kita akan kembali menyeruput kopi berdua.
Gue sayang dia. Masih sayang dia. Dan akan terus menyayangi dia. Sebagai teman, kakak, atau mungkin jika Tuhan berkehendak mempertemukan kita kembali dalam ikatan suci, sebagai bidadarinya suatu saat kelak. Dan kita akan kembali menyeruput kopi berdua.
Ps: Cinta tak hanya butuh berharap, ia juga butuh diperjuangkan.
rangkuman dari cerita temen tentang kisah cintanya. #aseeeekkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar