Rabu, 21 Mei 2014

Jatuh cinta dan Patah Hati

Dimulai dari pengalaman jatuh cinta gue pada saat gue masih SMA (berasa tua banget! hehe), diam-diam gue pernah jatuh cinta sama seorang cowok yang cerdas, pendiam, dan bisa dibilang alim (sebut aja dia Abi). Gue menutup rapat perasaan gue ke dia dari pertama kali masuk SMA. Dan sama sekali nggak berusaha buat bilang kalo gue udah lama sayang sama dia. Sampai pada akhirnya perasaan itu kebuka lebar di dalam novel pertama gue dan membuat dia tau yang sebenarnya. Sayangnya, itu terjadi setelah cukup lama dia pergi dari hidup gue. Gue sadar, gue bodoh. Tapi gue selalu inget kata orang yang bilang:
‘Kalo sayang sama orang itu jangan tanggung2, buat dia selalu bahagia. Bahkan kalo tanpa kita dia lebih bahagia, maka lepaskanlah….’
Maka perasaan gue menguap gitu aja seiring dengan kepergian dia yang memutuskan untuk pindah dan kuliah di luar kota. Sempet juga gue kacau. Sakit. Dan dengan berhasil dia udah buat gue pernah nyasar dari Blok M-Harmoni ke Blok M lagi! Hehehe
Setelah dia pergi, hampir dua tahun gue nggak kenal kata ‘jatuh cinta’. Gue sibuk dengan hari-hari gue yang sepertinya kosong. Sampai akhirnya gue ketemu teman lama gue yang lucu, gila, tapi cerdas (sebut aja di Adul). Tanpa disangka gue ketemu sama teman yang bahkan nggak pernah gue bayangkan akan bisa dekat sama dia. Dan hasilnya, dia selalu bisa bikin gue ketawa setelah sekian lama gue menangisi hal yang nggak pasti. Dia nunjukkin ke gue kalo hidup dengan tawa itu lebih asik. Dan ternyata, kita punya hobi yang sama yaitu nulis.
Gue nggak nyangka dia bisa menulis secerdas tulisan2nya yang selalu ia tunjukin ke gue dan dimintai pendapat. Dia juga seorang yang idealis dan sangat pemikir. Bareng dia, gue selalu berada di posisi nyaman. Gue selalu ngerasa tenang. Kita selalu aja betah berlama2 chat sampe malem via YM atau fb. Dia juga selalu support gue untuk nyelesain tulisan2 gue.Sampe2 nilai akademik gue pun jadi meningkat lebih baik. Dan gue senang.
Dia pernah bilang gini: ‘Cinta itu emansipasi. Setiap orang punya hak untuk sayang sama seseorang. Tapi seseorang itu juga punya hak untuk membalas perasaan orang yang menyayanginya atau tidak’. Super sekali!
Sampe gue sadar, kalo gue jatuh cinta (lagi) sama teman lama gue ini. Dan dengan nekat namun galau, gue ngirimin puisi dengan maksud bilang kalo gue sayang sama dia. Lama gue nunggu jawabannya. Lalu dia bilang: ‘Ga apa2, itu hak kamu…’. Dan nggak bilang apa2 lagi. Sampai hari ini.
Dengan kata lain, “Haiii…, aku digantung lho..” hehehe
Darisitu gue jadi inget kata2 Oscar Wilde yang bilang:
‘Seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai,kita telah bersilang jalan satu sama lain; tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah katapun, kita tidak punya apapun untuk dikatakan’. Ya, mungkin seperti itulah gue dan dia.
Dan episode jatuh cinta gue yang terakhir itu terjadi saat gue semester 2. Waktu gue ikut trip workshop ke beberapa stasiun tv dan radio dari kampus. Waktu itu gue duduk di bangku depan bis pada saat perjalanan menuju tempat workshop. Dan disitu gue ngeliat dia. Pada saat panitia ngabsen peserta workshop, dia yang notabene ketua pelaksana (sebut aja Yanto) berdiri tepat di depan mata gue.
Menurut gue, dia orang yang sangat kharismatik meskipun tidak terlalu tampan (hehe maaf ya kak), gue kagum sejak pertama kali liat dia. Sampe setelah workshop, kita nggak pernah ketemu lagi dan gue pun lupa sama wajahnya.
Tapi tiba-tiba dua semester berselang, gue liat dia di lorong gedung fakultas. Gue seneng. Karena udah lama nggak ketemu dan hampir lupa juga sama mukanya. ‘God, do we meet again?’
Tapi sayang, dia nggak kenal gue. Dan gue bukanlah orang yang pandai berbasa-basi hanya sekedar untuk kenalan.Walaupun sahabat2 gue tau gue pengen banget kenal dia, tapi mereka selalu gagal untuk mewujudkannya karena gue yang malu (padahal malu2in) hihi
Tapi persis seperti yang ditulis Bang Radith di bukunya, kalo orang yang jatuh cinta diam2 itu selalu dengan pintar mengintai orang yang mereka taksir. Mereka akan selalu dengan cekatan mencari tau apapun tentang si dia. Begitu juga dengan gue.
Gue tau banget ciri2 fisiknya meski di kampus banyak pria bermata empat jalan di sekeliling gue. Dari seorang teman, gue juga tau di lagi magang di stasiu tv ‘merah’ sebagi seorang switcherman. Gue tau dia suka banget maen sepeda fixie. Gue tau dia belom lama ini habis kehilangan adik kecilnya yang sangat dia sayang. Dan masih banyak lagi yang gue tau tentang dia. Ya, gue tau dia adalah orang yang menyenangkan. Tapi sayang, gue cuma bisa menatap dia dari jauh pada saat dia lagi bareng temen2nya.
Sampe akhirnya, gue berhasil nemu fb-nya. Nyoba basa-basi buat kenalan, dia malah tanya hal yang bikin mata gue kebuka lebar: ‘Lo temennya (sebut aja dia Bunga) yaa?
Ya, ternyata eh ternyata pemirsaaa..
dia tidak tertarik pada saya, tapi pada sahabat saya…
Hhh..,Gue sedih. Rasanya perasaan gue campur aduk. Tapi Gue nggak bisa nyalahin dia. Gue juga nggak bisa nyalahin sahabat yang gue sayang banget. Dan nggak mungkin juga posisinya gue untuk bersaing dengan sahabat sendiri. Memang gue belum jatuh cinta, karena butuh proses panjang untuk memutuskan sampai pada kata cinta itu sendiri. Tapi paling nggak, dia udah berhasil bikin gue semangat kuliah semester ini dan selalu bikin gue senyum tiap hari di kampus. Dia dengan sejuta kharismanya bikin semester ini penuh warna buat gue. Setelah itu, gue harus cukup puas karena udah jadi temannya meski cuma di fb dan twitter! Hehehe
Pada akhirnya, benar juga apa yang dibilang Bang Radith di akhir paragraf, bahwa pada akhirnya orang yang jatuh cinta diam-diam itu harus merelakan. Yang dibutuhkan orang yg jatuh cinta diam-diam itu hanyalah menerima. Dan mendoakan semoga dia bahagia dengan siapapun yang mereka dapatkan nantinya.
Karena sejuta kata ‘kenapa’ nggak akan bisa menjawab semua pertanyaan2 di hati kita. Dan sejuta kata ‘kenapa’ lama-kelamaan akan membuat kita mempertanyakan keputusan Tuhan. Bukankah sebaiknya kita selalu berprasangka baik sama Tuhan!?
Mungkin mereka bertiga adalah laki-laki yang baik. Tapi mereka bukanlah yang dipilihkan oleh Allah sebagai seseorang yang baik buat gue. Atau mungkin gue yang nggak baik buat mereka! Hehehe
Sampai terkadang gue sempat mikir, ‘jatuh cinta secara diam-diam itu lebih indah yaa…’. kita nggak perlu takut untuk patah hati karena kita menyimpannya untuk hati kita sendiri. Kita juga nggak perlu takut kehilangan.
Mungkin gue bodoh, chicken, atau bahkan looser, tapi gue percaya Tuhan akan memberikan yang Terbaik untuk hidup gue nantinya. Dan ini semua cuma kerikil kecil yang akan bisa membuat hati gue lebih besar untuk menerima apapun .
Gue rasa, sebenarnya perasaan itu lebih baik diungkapkan. Karena paling tidak, kita udah nyoba. Dan kalian juga nggak mau jadi kaya gue kann…?? Hehehe
Gue cuma mau bilang sama kalian yang mungkin pernah ngalamin hal yang 11-12 kayak gue, atau mungkin 13-13 alias sama banget, ya udah syukuri dan nikmati saja! Jangan terlalu lama mengasihani diri sendiri. Ketawain aja tuh kebodohan2 kita selama ini! Karena tertawa itu lebih sehat daripada menangis. Dan menertawakan hidup itu lebih baik daripada menangisi hidup. Kaya yang pernah gue denger di radio:
‘Orang yang mampu menertawakan hidup adalah Orang Yang Menyenangkan’
Benarkah…??
We’ll see…
Kalo dipuisikan mungkin jadinya kaya gini:
‘Aku Tak istimewa, tak punya selera…
Tak punya cukup hati untuk dicintai…’
Gue rasa segitu aja yaa share kali ini, semoga kita bisa saling ngingetin kalo Tuhan begitu baik dengan kita hingga ngasih kita hidup yang penuh warna.

Tidak ada komentar: